Sunday, August 16, 2015

Renungan Untuk 70 Tahun Indonesia


Berjuta wajah penuh semangat memenuhi berbagai ruang, jalan dan lapangan untuk memeriahkan peringatan kemerdekaan. Bangga saat Bendera Merah Putih berkibar di setiap halaman.

Namun seorang kakek tua hanya meneteskan air mata saat melihatnya, dalam di sudut matanya penuh dengan kesedihan.
Seorang perempuan tua disampingnya pun memandang dengan penuh kasih sayang seraya berkata, " Sudahlah Pak, Kemerdekaan ini adalah takdir yang harus kita wariskan, tak boleh kau tangisi apapun yang terjadi hari ini atau nanti. Waktu kita telah usai, saat ini waktu mereka telah tiba. Bukankah kamu tau musuh mereka lebih berat dari musuh kita, doakan saja mereka mampu mempertahankan yang sudah kita perjuangkan, karena apapun yang kita ucapkan dan teriakkan hari ini tak akan lagi terdengar megah dan membirukan bahkan memerahkan jiwa mereka".
Kakek tua itu tak lagi bisa membendung air matanya, saat mendengar nasihat istrinya, dan dengan bibir kelunya dia menjawab," Aku hanya berduka untuk mereka yang tak lagi bangga mengucap kata "MERDEKA", padahal kami dulu berteriak sepanjang nafas bahkan disepanjang "mimpi yang tak pernah ada" karena kami meski terus terjaga tanpa sempat bisa memejamkan mata untuk meraih kata "MERDEKA". Aku tau musuh mereka lebih kejam dari musuh kita dulu, karena musuh mereka adalah kenyataan yang tak lagi mampu mengartikan kata perjuangan, mereka hanya bisa meminta, memerintah, dan memaksa kepada negeri ini. Tak ada lagi dihati dan otak mereka kata memberi, berkorban dan merelakan diri dan jiwa mereka untuk bangsa ini.

"Teriakan mereka tak seindah teriakanmu dulu Pak", sang nenek tersenyum membalas kesedihan suami tercintanya. "Kami para perempuan Idonesia dulu jatuh cinta karena gagahmu membela negeri dan terpesona langkahmu yang mengadu dengan nyawa yang tak pernah tau kapan berakhir di ujung senjata para musuh. Saat ini jaman sudah berganti, para perempuan lebih terpesona oleh deru mobil dan laki-laki berdasi di balik meja dan ruang ber AC, tanpa peduli dari mana sang laki-laki meraih harta dengan menguras jiwa negeri ini.. hem beruntung kita pak tidak menjadi muda hari ini. Karena apa yang diperjuangkan lebih mudah melawan musuh di depan mata dari pada musuh yang tersembunyi di hati. Bersyukur kita tidak menjadi orang yang munafik mencintai negeri ini karena kita telah benar-benar merasakan merebutnya dari musuh yang nyata di depan mata."

Kakek tua menyambung ucapan istrinya, " Yaa, aku bersyukur pernah menyumbang waktu mudaku untuk berjuang dengan musuh yang nyata di depan mataku, mungkin aku tak akan lagi berdaya ketika musuhku adalah jiwaku sendiri yang tak bisa mengerti arti Cinta dan Berjuang untuk negeri Indonesiaku ini. Dan aku hanya bisa berdoa, semoga Tuhan Allah SWT yang telah memberi kemerdekaan pada negeri ini menyisakan jiwa-jiwa murni yang benar-benar mampu memberi, berkorban dan membanggakan Negeri Indonesia kita ini, amin.




 Semoga Kita adalah jiwa yang tertinggal untuk mengartikan kata "MERDEKA" benar-benar menjadi "MERDEKA" dan mampu memberi, berkorban dan membanggakan untuk Indonesia yang lebih Bermartabat, amin... MERDEKA!! MERDEKA!! MERDEKA!!

DIRGAHAYU 70 Th Indonesia

No comments:

Post a Comment