Thursday, October 8, 2020

Antara Mimpi dan Kewajiban

 

 

MENJADI KAYA ITU ADALAH IMPIAN...
TAPI BERBAGI ITU ADALAH KEWAJIBAN...

Itu kata-kata yang harus kita ingat dan kita wariskan untuk anak-anak kita.
Capailah Kekayaan setelah kewajiban berbagi kamu laksanakan..

Semoga kita mampu.. amin


Tuesday, October 15, 2019

Poster PPKN

Pembelajaran PPkn tak selamanya harus berakhir dengan presentasi dari analisis saja. Di era millenial guru wajib bertransformasi dengan berbagai kemajuan jaman.

Jangan terjebak oleh kebiasaan yang membuat kita nyaman tapi membosankan. Ajaklah anak-anak kita melalui berbagai pengalaman indah untuk mencintai pendidikan. Memadukan berbagai pengetahuan dalam sisi artistik akan memotivasi siswa untuk lebih bisa menunjukkan kreatifitas yang lebih mengeksplorasi kemampuan mereka.

Hal-hal menarik kadang justru datang dari ide cemerlang mereka. Setelah kita ajak mereka mengamati sekitar dengan membaca, brainstorming lalu berdiskusi dan mengambil anaisis, mari kita ajak mereka untuk belajar mengevaluasi diri sendiri. Dari kesadaran diri akan muncul kreatifitas untuk mempresentasikan ide mereka untuk mengingatkan diri sendiri untuk melakukan perubahan dengan berbagai media atau produk yang mereka bisa.

Yakinlah generasi Indonesia adalah generasi yang hebat. Kita bukan bangsa lemah yang mudah dikalahkan oleh ideologi receh dari perubahan jaman. Kita yang harus mewujudkan negeri ini menjadi tentram, damai dan makmur.

Berinovasi untuk memperbaiki diri.. itu amat mengasyikkan.
Salam Hebat Untuk Indonesiaku

Monday, March 4, 2019

Tidur dalam Semu





Bangunkan aku..! Bangunkan aku..! Jeritanku seolah terhenti hanya sampai batang tenggorok, yang makin kupaksa menjerit semakin terasa sakit. Mungkin aku memang sangat sakit, meski tak kurasakan demam sedikitpun, dan tak ada rasa ngilu bahkan perih yang menyapa tubuhku. Bahkan matakupun meliar tak berkedip memandang nanar sekitar yang sedang terang benderang namun semua menjadi seperti lukisan dinding kosong tak bermakna.
Masih mampu kulihat terang lampu gantung dan suara siaran televisi saat pewarta menyampaikan balap F1 yang menderu dengan seru, tapi tetap tak menggemingkan jiwaku. Aku masih merasa terjebak dalam tidur semu yang membuatku tertahan dan tak  mampu berontak. Tidur yang menghentikan semua kerja otakku untuk bergerak dari semua keterpurukan imajinasi. Kendali otakku lenyap, semua menjadi absurd seolah hanya kebodohan saja yang saat ini menguasaiku.
Mungkin ini tumpukan emosi kelas dewa, tapi lagi-lagi pertanyaannya apa yang membuat aku emosi?. Tak ada hal lain diluar diriku yang bisa membuat aku emosi segila ini. Kuratapi lagi kebodohanku sendiri yang semakin meraja dan membulatkan kemarahan yang tanpa sebab tanpa arah. Gelisah ini tak bernyawa, harus kuhentikan tapi tetap tak tau bagaimana caranya.
Aku ingin bangun....! Tolong aku...! kuteriakkan lagi berharap ada yang bisa mendengar dan mengerti. Tapi tetap saja tak ada yang mengerti, tak ada yang bisa mendengar. Dadaku semakin menyesak, ingin menyerah saja rasanya. Tapi menyerah untuk apa?. Titik terakhir dari puncak galau ini aku terdiam. Mendiamkan sekeliling dan tak lagi berontak dari kegilaan batin. Dan tiba-tiba mataku membasah kian lama kian menderas membuat kering wajahku tak bersisa. Bibirku tiba-tiba berseru lirih namun dalam membisikkan sebuah kata. “Jangan tinggalkan aku Yaa Tuhan!”. Ragaku melemas, mataku mulai memejam dan aku tertidur pulas bukan lagi dalam kesemuan.
Pagi ini aku bangun, menatap langit yang masih gelap tertutup mendung pekat. Namun bagiku hari ini adalah lentera jalanku. Kupandangi tasbih dalam genggamku, gumamkupun mengalir tanpa henti. Kini aku telah bangun dan lepas dari tidur semu tanpa mimpi. “Tuhan jaga hati dan langkahku agar tak lagi jauh dari_Mu !”.

Monday, January 14, 2019

Takdir Sunyi















Menggaung rindu dalam cermin bisu
Bertumbuk dengan bayangan sendiri
Fatamorgana hati yang makin beku
Mencumbu waktu agar terhenti

Jiwa yang mengering tanpa pelukan
Entah terhapus, atau terdiam
Ruh Subuh yang menghantu dalam kabut
Rampas asa yang tak berpeluh

Kau kah pualam takdir
Nestapaku  pulihkan sunyi
Bukan untuk meratap
Karena hidup hanya sesaat

Lalu berlalu
Pergi bergulir
Lenyap melayang
Punah menghilang

Friday, December 29, 2017

“Rindu Kedua”

“Sudah pulanglah kepada yang pasti” ucap Lia dengan menunduk dan setengah menahan nafas, “ aku sudah terbiasa menangkup rinduku sendiri”. Sementara diujung bangku hitam panjang, Arga tetap tak merubah tatapan tajamnya sambil menggenggam jari-jari lentik yang kian lesu tanpa tenaga. Ekspresinya tak berubah meski mendengar ucapan lembut Lia  untuk mengakhiri kisah mereka. Tak sedikitpun kata yang keluar dari bibir tipis lelaki tampan itu.
Gambar perempuan yang berparas sederhana tanpa riasan ditatapnya dalam, seolah ingin dia telan dalam ingatannya agar menetap di memori otak kecilnya. Arga tak mungkin  menyimpan gambar mereka dalam memory telepon genggamnya. Sebisa mungkin dia untuk tidak menyakiti Fai yang telah menyerahkan sebagian hidupnya untuk menjadi pendamping suka dukanya. Pertentangan batin kian menyiksanya saat bayangan Lia masih menjadi hantu disetiap pandangannya. Arga tak pernah memahami  mengapa Tuhan harus menghadirkan rindu kedua untuknya. Seharusnya pertemuan dengan Lia hanya untuk masalah bisnis saja. Tapi mengapa justru membuka misteri kisah lama yang belum mampu mereka tuntaskan, meski sadar tak mungkin lagi untuk saling memiliki.
Arga mengerjap saat mendapat sambutan dan pelukan  mesra dari Fay saat dia memasuki ruang makan  yang sengaja dihias dengan istimewa. “Happy Unyversary dear”, bisikan penuh cinta Fai seolah meluruhkan semua pertentangan batinnya. Kecupan hangat di kening Fai saat itu adalah ungkapan  permohonan maaf yang tedalam dari seorang laki-laki yang menyimpan rindu kedua di hatinya.

Tuesday, December 26, 2017

“Lembaran Jingga untuk Riana ”


Senja yang menggelayutkan warna merah pada langit sore itu, mengatar senyum Riana saat menerima sepucuk surat berwarna jingga dari tangan ayahnya. Surat yang membuat wajahnya basah dan merona. Tiga kalimat yang tak terlupa dari goresan pada kertas jingga, yang merubah sejarah hidupnya.
“ Hai bidadari pengisi relung hati, kuberanikan diri membuat permohonan pada Illahi untuk menuntun jemariku menuliskan lembar ta’aruf ini kepadamu. Karena selama ini ku hanya mampu menyapa namamu dalam do'a di setiap akhir sujudku. Bilakah kau mau menjadi pengantar pintu surgaku, akan kuucapkan ijab kabul di hadapan ayahandamu.” kalimat santun itu kembali menggetarkan hati perempuan muda itu. Setelah sepuluh tahun lalu malam pertama pernikahannya, berakhir menjadi malam paling memilukan dalam hidupnya. Saat dia harus merelakan lelaki yang telah mengucapkan janji suci dan menyentuhnya penuh dengan kelembutan kembali mengahadap Sang Pemilik cinta.

Senja berikutnya, wajah Riana kembali membasah. Dia menerima lembar surat yang kedua dari laki-laki yang meminta dia menjadi bidadari penghuni surga cintanya. Sang Maha Cinta telah menganugrahkan pintu surga kedua  untuknya dengan laki-laki yang hanya dia kenal lewat lembaran berwarna jingga dari sang ayah. Dan surat yang kali ini ada digenggamannya bertuliskan “Surat Nikah”.

Wednesday, May 24, 2017

Mengemas Rindu Dari Rahimmu

Masa di antara rindu yang terpendam
Mendekap tanpa mampu mengungkap
Memeluk tanpa mampu merajuk

Hatimu menjadi bisu
Meski anganmu melampaui waktu
Batas yang terlihat tak terbatas
Hanya kau yang tau

Suatu masa telah terlewati
Sebagai catatan hati dari rahim yang memendam kasih
Batas yang tampak tanpa batas
Hanya kau yang tau

Masa berganti..
Melambungkan rindu dan nyanyian hati
Kau masih mendekap meski tetap tak mampu mengungkap

Cinta melebihi doa dan pujian
Seribu nyanyian rindu tak mampu mewakili

Catatan ini hanya mampu sebagai penanda
Rindu yang benar-benar tanpa batas meski dalam nyata sangat terbatas

Hanya Tuhan yang tau batas nyata itu akan sirna pada suatu masa
Hanya dengan doamu dan ketetapan-Nya
Semoga damai untuk rindu dan cintamu yang tanpa batas

Simpan air mata cintamu,
Sebagai doa suci dari rahimmu
Yang siapapun tak kan mampu mengingkari itu